Hy guys,, Ifa's Blog...^^ mulai posting tentang materi perkembangan peserta didik.Selamat membaca sahabat blogger.. ~ ~
Pengertian Perkembangan
Sering
kali orang menyamakan makna antara pertumbuhan dan perkembangan, sebenarnya dua
kata itu memiliki arti atau makna yang berbeda. Pertumbuhan adalah perubahan
kuantitatif (dapat diukur) mengenai aspek fisik atau biologis. Sedangkan
perkembangan digunakan untuk menyatakan perubahan dalam aspek psikologis dan
sosial. Perkembangan bersifat kualitatif (tidak dapat dihitung) baik mengenai
aspek psikis dan rohani.
Pola – Pola Perkembangan Afektif
Afektif
menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau
cinta yang mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna
yang menunjukkan perasaan.
Jadi
perkembangan afektif adalah perubahan kualitatif terhadap aspek psikologis yang
lebih ditekankan pada emosi dan perasaan. Sehingga perkembangan afektif
seseorang dari masa ke masa memiliki kebutuhan dan dorongan keinginan yang
terus meningkat. Dan tingkat emosi seseorang ditentukan dari banyaknya
kebutuhan yang telah terpenuhi maupun yang belum terpenuhi. Secara garis besar, remaja dapat
dibagi menjadi 4 periode, yaitu periode praremaja, remaja awal, remaja tengah,
dan remaja akhir.
Adapun karakteristik untuk
setiap periode adalah :
1. Praremaja
(kurang dari 12 tahun)
Meskipun perubahan fisik di usia ini
belum tampak jelas namun perkembangan emosi di usia ini disertai dengan sifat
kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan respon mereka biasanya berlebihan,
sehingga mudah tersinggung dan cengeng tapi juga cepat merasa senang atau
bahkan meledak-ledak.
Contoh : Anak kecil akan menangis jika
mainannya diambil.
2. Remaja
Awal (12 – 15 Tahun)
Selama periode ini remaja seringkali
mengalami kesukaran dalm menyesuaikan diri akibat perubahan fisik yang semakin
jelas. Sehingga kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan cepat marah dengan
cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Sebenarnya
reaksi tidak wajar ini terkait dengan kecemasan terhadap dirinya sendiri.
Contoh : Remaja akan cenderung diam atau
menyendiri bahkan melakukan tindakan
yang tidak wajar ketika mendapatkan masalah.
3. Remaja
Tengah (15 – 18 Tahun)
Pada periode ini remaja memiliki
tanggung jawab untuk memikul masalahnya sendiri, karena tuntutan peningkatan
tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarga tapi
juga datang dari masyarakat sekitar. Akibat dari tuntutan peningkatan tanggung
jawab tersebut remaja sering kali membentuk nilai-nilai mereka sendiri, yang
mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka
sendiri.
Contoh : Geng Motor ( Anarki ).
4. Remaja
Akhir (18-22 Tahun)
Dalam periode ini remaja mulai mampu
menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa dan emosi mulai
stabil. Pilihan arah hidup yang semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan
dan keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum
sepenuhnya bisa dilakukan serta juga mampu memilh cara-cara hidup yang dapat
dipertanggung jawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua dan masyarakat.
Contoh : Anggota Organisasi Kampus.
Pola – Pola Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah kemampuan untuk melakukan
abstraksi (hal yang tidak dapat dibayangkan), berfikir logis dan cepat sehingga
dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
Sehingga dapat
disimpulkan perkembangan kognitif
merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses
memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan berpikir,
menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis dan memecahkan persoalan yang
berlangsung dan berkaitan dengan lingkungan.
Perkembangan kognitif erat kaitannya dengan perkembangan intelektual. Intelek
atau daya pikir seseorang berkembang sejalan dengan pertumbuhan syaraf otaknya.
Menurut
Jean Piaget (Bybee and Sond, 1982) membagi perkembangan kognitif menjadi 4
tahap, yaitu :
1. Tahap
Sensori-Motoris (0 – 2,5 Tahun)
Anak berada pada tahap pertumbuhan,
ketika bayi menggunakan sistem pengindraan dan aktifitas motorik untuk mengenal
lingkungannya.
Contoh : Bayi refleks menangis dan
refleks kaget kemudian dari itu berkembang menjadi gerakan-gerakan yang lebih
canggih misalnya berjalan.
2. Tahap
Praoperasional (2 – 7 Tahun)
Anak mulai mempunyai kemampuan
menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep yaitu berkaitan meniru hal-hal
yang dilihatnya.
Contoh : Seorang anak pernah melihat
dokter sedang praktik kemudai ia akan bermain dokter-dokteran.
3. Tahap
Rasional Konkret (7 – 11 Tahun)
Anak mulai menyesuaikan diri dengan
realitas konkret dan sudah dimulai bekembang rasa ingin tahunya, ia
mengembangkan 3 macam operasi berpikir, identifikasi, negasi,reprokasi.
Contoh : Seorang anak diberikan oleh
gurunya lalu dibantu mengerjakan oleh orang tuanya dirumah tapi dengan
menggunakan cara yang berbeda dari gurunya, akibatnya 2 cara yang berbeda tidak
dimengerti oleh anak tersebut.
4. Tahap
Operasional Formal (11 tahun keatas)
Anak telah mampu mewujudkan suatu
keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil berpikir logis dan aspek
perasaan serta moral telah berkembang.
Contoh : Menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba
menulis cerpen, dsb.
Thank you,,Semoga bermanfaat..^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar