Sabtu, 03 November 2012


Hy guys,, Ifa's Blog...^^ mulai posting tentang materi perkembangan peserta didik.Selamat membaca sahabat blogger.. ~ ~


Pengertian Perkembangan

Sering kali orang menyamakan makna antara pertumbuhan dan perkembangan, sebenarnya dua kata itu memiliki arti atau makna yang berbeda. Pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif (dapat diukur) mengenai aspek fisik atau biologis. Sedangkan perkembangan digunakan untuk menyatakan perubahan dalam aspek psikologis dan sosial. Perkembangan bersifat kualitatif (tidak dapat dihitung) baik mengenai aspek psikis dan rohani.
Pola – Pola Perkembangan Afektif

Afektif menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta yang mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan.
Jadi perkembangan afektif adalah perubahan kualitatif terhadap aspek psikologis yang lebih ditekankan pada emosi dan perasaan. Sehingga perkembangan afektif seseorang dari masa ke masa memiliki kebutuhan dan dorongan keinginan yang terus meningkat. Dan tingkat emosi seseorang ditentukan dari banyaknya kebutuhan yang telah terpenuhi maupun yang belum terpenuhi. Secara garis besar, remaja dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu periode praremaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir.
 Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah :

1.      Praremaja (kurang dari 12 tahun)
Meskipun perubahan fisik di usia ini belum tampak jelas namun perkembangan emosi di usia ini disertai dengan sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan respon mereka biasanya berlebihan, sehingga mudah tersinggung dan cengeng tapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
Contoh : Anak kecil akan menangis jika mainannya diambil.
2.      Remaja Awal (12 – 15 Tahun)
Selama periode ini remaja seringkali mengalami kesukaran dalm menyesuaikan diri akibat perubahan fisik yang semakin jelas. Sehingga kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Sebenarnya reaksi tidak wajar ini terkait dengan kecemasan terhadap dirinya sendiri.
Contoh : Remaja akan cenderung diam atau menyendiri  bahkan melakukan tindakan yang tidak wajar ketika mendapatkan masalah.
3.      Remaja Tengah (15 – 18 Tahun)
Pada periode ini remaja memiliki tanggung jawab untuk memikul masalahnya sendiri, karena tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarga tapi juga datang dari masyarakat sekitar. Akibat dari tuntutan peningkatan tanggung jawab tersebut remaja sering kali membentuk nilai-nilai mereka sendiri, yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri.
Contoh : Geng Motor ( Anarki ).
4.      Remaja Akhir (18-22 Tahun)
Dalam periode ini remaja mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa dan emosi mulai stabil. Pilihan arah hidup yang semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan dan keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum sepenuhnya bisa dilakukan serta juga mampu memilh cara-cara hidup yang dapat dipertanggung jawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua dan masyarakat.
Contoh : Anggota Organisasi Kampus.
Pola – Pola Perkembangan Kognitif

  Kognitif adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi (hal yang tidak dapat dibayangkan), berfikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
Sehingga dapat disimpulkan perkembangan kognitif  merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan berpikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis dan memecahkan persoalan yang berlangsung dan  berkaitan dengan lingkungan. Perkembangan kognitif erat kaitannya dengan perkembangan intelektual. Intelek atau daya pikir seseorang berkembang sejalan dengan pertumbuhan syaraf otaknya.
Menurut Jean Piaget (Bybee and Sond, 1982) membagi perkembangan kognitif menjadi 4 tahap, yaitu :

1.      Tahap Sensori-Motoris (0 – 2,5 Tahun)
Anak berada pada tahap pertumbuhan, ketika bayi menggunakan sistem pengindraan dan aktifitas motorik untuk mengenal lingkungannya.
Contoh : Bayi refleks menangis dan refleks kaget kemudian dari itu berkembang menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih misalnya berjalan.
2.      Tahap Praoperasional (2 – 7 Tahun)
Anak mulai mempunyai kemampuan menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep yaitu berkaitan meniru hal-hal yang dilihatnya.
Contoh : Seorang anak pernah melihat dokter sedang praktik kemudai ia akan bermain dokter-dokteran.
3.      Tahap Rasional Konkret (7 – 11 Tahun)
Anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah dimulai bekembang rasa ingin tahunya, ia mengembangkan 3 macam operasi berpikir, identifikasi, negasi,reprokasi.
Contoh : Seorang anak diberikan oleh gurunya lalu dibantu mengerjakan oleh orang tuanya dirumah tapi dengan menggunakan cara yang berbeda dari gurunya, akibatnya 2 cara yang berbeda tidak dimengerti oleh anak tersebut.

4.      Tahap Operasional Formal (11 tahun keatas)
Anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil berpikir logis dan aspek perasaan serta moral telah berkembang.
Contoh : Menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen, dsb.

Thank you,,Semoga bermanfaat..^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar